Informasi Biblika
Penulis kitab Kejadian menyatakan
bahwa pada saat Tuhan menciptakan: terang, cakrawala, daratan dan lautan, dan
Tuhan mengevaluasinya dan mengatakan: Baik. Dengan kata lain proses penciptaan
pada hari pertma sampai hari kedua dinilai oleh Tuhan: Baik. (Bnd. Kej. 1:1-8)
Selanjutnya penciptaan pada hari
ketiga sampai hari keenam dinialai oleh Tuhan: Sungguh Amat Baik. Evaluasi ini bersifat kualitatif (Baik, dan
Sungguh amat Baik/sangat baik), bila evaluasinya dirubah dalam bentuk
kuantitatif (Evaluasi Kuantitatif) maka diberi angka 80 -89 (B), dan 90 – 100 (A).
Jadi evaluasi atas ciptaan Tuhan
adalah:
a. Hari 1 – 3 = Baik
b. Hari 3 – 6 = Sungguh Amat Baik
Bila evaluasi ini ditempatkan dalam
format penilaian skala interval dengan pengukuran skla Likert maka akan
menjadi:
a. Sangat baik : SB diberi skor (5)
b. Baik : B diberi
skor (4)
c. Cukup Baik : CB diberi skor (3)
d. Kurang Baik : KB diberi skor (2)
e. Tidak baik : TB diberi
skor (1)
No
|
Pernyataan
|
SB
|
B
|
CB
|
KB
|
TB
|
1
|
Hasil penciptaan-Ku hari 1 – 2
|
|||||
2
|
Hasil penciptaan-Ku hari ke-2-6
|
|||||
Definisi Konseptual
Penciptaan adalah terwujudnya/terbentuknya sesuatu dari
tidak ada menjadi ada karena kekuatan firman-Nya
Definisi Operasional
Pencipataan adalah penilaian Tuhan atas ciptaan-Nya dengan
dimensi baik dengan indikator ciptaan hari 1-2, dan dimensi sungguh amat baik
dengan indikator ciptaan hari ke-3 – 6.
Indikator:
a. Ciptaan hari pertama
b. Ciptaan hari kedua
c. Ciptaan hari ketiga
d. Ciptaan hari keempat
e. Dst.
Evaluasi
sebagaimana yang dijelaskan di atas merupakan salah satu Evaluasi yang
dilakukan oleh Tuhan, evaluasi ini kemudian dilakukan manusia misalnya:
Evaluasi Adam, yaitu semua binatang yang dinamai Adam tidak satupun yang cocok atau
sepadan dengan Adam. Tuhan menciptakan Hawa dan menempatkan Hawa menjadi tulang
rusuknya. Lalu Adam mulai mengevaluasi: sambil Adam menatap Hawa dan
menyatakan: “Inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Bnd.
Kej. 2:19-23). Evaluasi ini kemudian berlanjut yaitu dari Adam ke generasi
berikutnya sampai munculnya seorang Ralph Winfred Tyler (1902 – 1994), yang
mulai melakukan evaluasi atas “Efektivitas Pengalaman Belajar” yang membawa
Ralph Winfred Tyler sebagai pencetus istilah “Evaluasi Pendidikan” dan penemu
dan pengembang teori evaluasi pendidikan sebagai suatu ilmu yang disebut “Ilmu
Evaluasi” .
Evaluasi
yang disaksikan dalam Alkitab (PL dan PB) bukanlah evaluasi dalam arti “Ilmu
evaluasi” tetapi esensi evaluasi itu ada dalam kesaksian Alkitab. Hal ini sama
dengan “kasus” Kereta Api, mobil dan lain sebagainya. Kereta api memang tidak
dibicarakan dalam Alkitab tetapi alat angkut atau transportasi disaksikan dalam
Alkitab.
Mari dalam doa, kita mendoakan juga mereka yang sedang meneliti karena hasilnya berguna bagi siapa saja. Misalnya hasil penelitian Ralph Winfred Tyler dalam bidang "evaluasi", ilmunya akhirnya dipelajari di umum maupun dunia agama termasuk Bidang "Pendidikan Agama Kristen", dimana "evaluasi" telah diterapkan dalam dunia Pendidikan Teologi sebagai "Evaluasi Pendidikan Agama Kristen".
Secara Umum (Pra Ilmu Evaluasi)
1. Sejarah
Evaluasi Di Tiongkok
Tidak ada disiplin ilmu yang tidak memiliki sejarah, demikian juga ilmu evaluasi. Untuk memahami sejarah evaluasi maka informasi akademis Dr.Wirawan dapat menolong kita memhami sejarah singkat praktik evaluasi sampai menjadi "ilmu mandiri" yang disebut "Ilmu Evaluasi" yang dipelajari secara khusus dalam dunia pendidikan. Wirawan (2011:4-5) menyatakan bahwa sejarah
penggunaan evaluasi yaitu dimulai di Tiongkok (Cina) pada tahun 2.000 SM.
Evaluasi pada waktu itu dipergunakan untuk mengevaluasi para pegawai kerajaan
Tiongkok. Evaluasi dilakukan terhadap calon pegawai kerajaan yang terdiri dari
(1) Calon pegawai kerajaan, dan (2) pegawai kerajaan.
1. Evaluasi
terhadap calon pegwai kerajaan yaitu dari segi pengetahuan yang diperlukan untuk
melaksanakan layanan public. Pengetahuan itu meliputi:
a. menulis,
b. berhitung,
c. kebudayaan
d. keseniaan
e. dll
2. Evaluasi untuk pegawai pemerintah dilakukan dengan tujuan untuk:
a. menentukan perkembangan karier,
b. kinerja dan
c. kompetensinya
2. Sejarah Evaluasi di Inggris.
Wirawan
(2011:4) menyatakan: pada abad ke-19 di Inggris telah dibentuk Royal Commission
yang tugasnya adalah mengevaluasi layanan publik. Evaluasi ini baru terbatas
pada aktivitas administrasi. Jadi, perkembangan evaluasi di Ingggris pada abad
ke-19 tidak dalam arti sebuah cabang ilmu
pengetahuan yang bisa berdiri sendiri sebagaimana disiplin ilmu lain yang telah
mandiri pada waktu itu.
3. Sejarah
Evaluasi di Amerika Serikat: Sejarah Ilmu Evaluasi
Evaluasi
tidak hanya dilakukan di Inggris tetapi berkembang juga di Amerika. Pada tahun
1843, Horace Mann memimpin suatu evaluasi program yang mengevaluasi system sekolah
di Boston. Evaluasi dilakukan untuk mencari tahu apakah system sekolah di
Boston berhasil atau sukses mendidik para siswa yang dididik di Boston. Pada
tahun 1887 dan 1898 Joseph Rice mengadakan penelitian mengenai kemampuan
pengejaan kata-kata dari 33.000 murid di Sistem Distrik Sekolah Besar. Fokus
evaluasi adalah test yang berstandar bagi para siswa untuk menentukan apakah
pendidikan yang dilaksanakan di sekolah berhasil atau tidak berhasil (Wirawan
(2011:4). Berdasarkan paparan ini menjadi jelas bahwa “evaluasi” yang
dilaksanakan di Tiongkok dan Inggris yang terbatas pada non disiplin ilmu
mandiri, tetapi di Amerika mulai mengarah pada lembaga pendidikan, yang
kemudian diikuti dengan penelitian sebagai cikal bakal lahirnya evaluasi
sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri. Selanjutnya mulai muncul berbagai
istilah yang berhubungan dengan evaluasi. Salah satunya adalah istilah “Bapa
Evaluasi”.
3. Bapak Evaluasi
Wirawan
(2011:5) menyatakan: pada tahun 1930-an Ralp Winfred Tyler yang disebut sebagai
Bapa Evaluasi menciptakan sebuah istilah "ontology evaluasi" yaitu “educational
evaluation” (evaluasi pendidikan). Selain menciptakan atau menggunakan istilah “evaluasi
pendidikan”, Tyler terkenal dalam hasil pemikirannya tentang kurikulum dan
evaluasi. Pada masa Tyler, Ia terkenal denga teori evaluasi (pengertian,
konsep/variable/konstruck, dalil-dalil ). Ia mengemukakan teori “Goal based
evaluation model”. Sebuah teori yang berusaha mengevaluasi apakah tujuan suatu
program dapat tercapai atau tidak.
4. Evaluasi
Berkembang Menjadi Ilmu Evaluasi (Ilmu Mandiri)
Amerika
Serikat menjadi lading yang subur bagi perkembangan para pemikir evaluasi yang
kemudian berdiri menjadi sebuah ilmu mandiri yang disebut dengan “Ilmu Evaluasi”.
Di Amerikalah “Ilmu Evaluasi” mulai berkembang menjadi suatu cabag Ilmu
mandiri. Artinya Evaluasi sebagai sebuah ilmu yang berdiri sendiri sama seperti
Fisika, Kimia, Biologi yang mandiri dari Filsafat (Induk Ilmu Pengetahuan).
Berdirinya
“evaluasi” sebagai sebuah Ilmu Mandiri yang disebut dengan :Ilmu Evaluasi”
tidak dapat dipisahkan dari peranan Tyler. Hal ini disebabkan karena Tyler
merupakan orang pertama di Amerika Serikat yang mengemukakan teori “evaluasi”.
Selanjutnya Amerika menjadi tempat pertama berkembangnya Evaluasi sebagai suatu
ilmu mandiri yang dipelajari di perguruan tinggi sejak tahun 1960-an. Di
Amerika juga berkembang suatu profesi yang disebut dengan profesi evaluasi yang
dilaksanakan oleh seorang evaluator. Kemudian berkembang lembaga-lembaga
evaluasi di universitas, organisasi departemen pendidikan, dinas pendidikan,
lembaga konsultan. Semuanya itu terjadi di Amerika. (Wirawan, 2011:5)
5. Sejarah
Evaluasi di Nusantara dan Indonesia (atau disini)
Pelaksanaan evaluasi di
Nusantara (sebelum Merdeka dan menjadi Indonesia), evaluasi dilakukan pada
zaman penjajahan Belanda. Evaluasi dilakukan terhadap hasil bumi di Nusantara
seperti: rempah-rempah, kopi, teh, karet,
dan lain sebagainya yang hendak dikirim ke Eropa. Evaluasi pada waktu itu
digunakan untuk:
1.
Menilai kualitas produk (rempah-rempah, kopi,
teh, karet dll) atau evaluasi yang disebut dalam Bahasa Belanda
“Connoisseurship/kononosersif”
2.
Menilai kinerja pegawai (amtenaar) penjajah
3.
Menilai kondite Tentara Penjajah
4.
Menilai kondite Polisi Penjajah
5.
Menilai sekolah: Administrasi dll
6.
Menilai hasil belajar/kemampuan siswa
mengerjakan soal
Bila dikelompokkan maka
evaluasi di Nusantara dan Indonesia meliputi:
1.
Evaluasi kualitas Produk
2.
Evaluasi Kinerja Pegawai
3.
Evaluasi Kondite Tentara Penjajah
4.
Evaluasi Kondite Polisi Penjajah
5.
Evaluasi Penilik Sekolah
6.
Evaluasi Hasil Belajar (ujian)
Evaluasi di lembaga
pendidikan di Indonesia pada zaman kekuasaan Belanda sampai tahun 1950-an,
evaluasi dilakukan oleh seorang penilik sekolah. Proses berlangsungnya evaluasi
oleh penilik sekolah dilakukan dengan cara penilik datanga ke sekolah dan
mengadakan evaluasi yang meliputi:
1.
Mengevaluasi sekolah. Bidang yang dievaluasi
penilik sekolah yaitu:
a. Administrasi
umum
b. Kesehatan
siswa
c. Kebersihan
lingkungan sekolah. Untuk bagian ini saya teringat pengalaman di Sekolah Dasar
Negeri Kolomana Masmur, Kecamatan Alor Timur Kabupaten Alor, propinsi Nusa
Tenggara Timur, pada tahun 1970 -1978
yaitu ketika tiba waktu sekolah hendak
dikunjungi oleh penilik sekolah maka setiap murid diinstruksikan oleh wali-wali
kelas untuk membersihkan sekolah, membersihkan halaman sekolah, memotong rumput
di kebun sekolah dengan maksud agar kepala sekolah dan guru-guru diniali
berhasil.
2.
Evaluasi hasil belajar Siswa
Penilik
sekolah pada zaman Pemerintahan Belanda dan setelah kemerdekaan sampai tahun
1950, penilik sekolah tidak hanya mengevaluasi sekolah seperti yang disebutkan
di atas, penilik sekolah juga mengevaluasi hasil belajar siswa dengan cara
penilik masuk ke kelas-kelas, dan meminta siswa untuk mengerjakan soal
pelajaran tertentu sesuai kurikulum. Selain itu penilik juga mengevaluasi
persiapan mengajar guru. Setelah itu, hasil supervisi penilik sekolah akan
dibahas dalam rapat bersama kepala sekolah dan guru. Bila ada kekurangan yang
perlu diperhatikan dan diadakan perbaikan maka langkah perbaikan (remedial)
program disusun dan dilaksanakan oleh kepala sekolah dan para guru (Wirawan,
2011:5).[1]
Perkembangan
Evaluasi di Indonesia
Perkembangan evaluasi pendidikan di Indonesia dapat
dilihat dari didirikannya Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan,
Deparetemen Pendidikan dan Kebudayaan pada masa Suharto (Orde Baru). Pada tahun
1980-an berkat adanya keuntungan minyak bumi yang melimpah maka Balitbang
Dikbud melakukan berbagai inovasi pengembangan pendidikan. Sejak itu dimulainya
berbagai Pilot Project Pendidikan di bangun di berbagai penelitian dan evaluasi
pendidikan dilakukan. Perkembangan seperti itu didukung dengan pengajaran Ilmu
Evaluasi Program Pendidikan di Pendidikan Tinggi yaitu di Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan di Indonesia. Akan tetapi menurut Wirawan, kini atau tepatnya
memasuki abad 21, unit-unit khusus evaluasi pendidikan belum banyak berkembang
di departemen-departemen pemerintah dan dinas-dinas pendidikan di seluruh
Indonesia. Jadi, evaluasi pendidikan pun belum banyak dilakukan di Indonesia
(Wrawan:2011:7)
Selanjutnya dalam bidang pendidikan terdapat dua jenis
evaluasi yaitu:
1. evaluasi
hasil belajar
2. evaluasi
program pendidikan
Hal
yang sama dikemukakan Tim Applie Aproach UNS (2009:121) yaitu dalam evaluasi
pembelajaran terdapat dua jenis evaluasi, yakni:
1. Evaluasi
Program, seperti:
a. evaluasi
tujuan pembelajaran: memadai dan secara konsisten dicapai melalui penggunaan
materi, metode, media, sarana dan prasarana pembelajaran, mahasiswa dan dosen,
serta waktu yang digunakan memdai untuk mencapai tujuan.
b. evaluasi
materi pembelajaran: apakah memadai
c. evaluasi
metode pembelajaran: apakah memadai
d. evaluasi
media pembelajaran: apakah memadai
e. evaluasi
sarana dan prasarana pembelajaran: apakah memadai
f. evaluasi
mahasiswa : apakah mahasiswa memadai
g. evaluasi
dosen: apakah dosen memadai
h. evaluasi
waktu: apa waktu dipakai secara konsisten
2. Evaluasi
Hasil Belajar: dilakukan melalui:
a. Tes
i. Objektif
ii. Uraian
b. Non
Tes
c. Penilaian
Alternatif (lihat uraian asesmen alternatif)
Wujud Penilaian Alternatif dapat berbentuk:
a. Rubrik
(Kriteria)
b. Tugas
Evaluasi hasil belajar diadakan dengan
tujuan untuk mengukur apakah pembelajaran berbagai bidang ilmu yang dipelajari
itu telah mencapai tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum pembelajaran. Cara
melakukan evaluasi hasil belajar dapat ditempuh melalui:
1.
Memberi pekerjaan rumah
2.
Ulangan umum
3.
Ujian Nasional
Evaluasi
Program Pendidikan dilakukan untuk mengevaluasi berbagai aspek pendidikan,
seperti:
a.
Kurikulum
b.
Proses
c.
Metode pembelajaran mata pelajaran
d.
Layanan pendidikan
e.
Tenaga pendidik
Jadi,
evaluasi hasil belajar atau evaluasi hasil pembelajaran dilakukan untuk memberi
masukan kepada evaluasi program pendidikan (evaluasi program pendidikan: Tujuan
pembelajaran, materi, metode, media, sarana dan prasarana, mhs, dosen dan
waktu, hasil belajar).
Pengertian
Evaluasi
Banyak
bahkan ribuan definisi tentang evaluasi, salah satunya:
Evaluasi
adalah riset untuk mengumpulkan , menganalisis, dan menyajikan informasi yang
bermanfaat mengenai objek evaluasi, menilainya dengan membandingkannya dengan
indikator evaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai
objek evaluasi.
[1] Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi Contoh Aplikasi
Evaluasi Program: Pengembangan Sumber Daya Manusia, Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Mandiri Perdesaan, Kurikulum, Perpustakaan, dan
Buku Teks (Jakarta : Rajawali Press,
2011), hlm. 5
Seminole Hard Rock Hotel & Casino, Seminole - MapyRO
BalasHapusGet directions, 과천 출장안마 reviews and 포천 출장샵 information for Seminole Hard Rock Hotel & Casino in Hard Rock, FL. Built in 1944, this hotel is 5 영천 출장안마 star. Rating: 2 · 속초 출장샵 3 태백 출장샵 reviews