Senin, 10 Juni 2013

Tugas Akhir Mahasiswa: Model Evaluasi Ciro Oleh Agustinus Gulo


BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan
            Di Negara – Negara yang sedang berkembang, sebagai contoh di Negara Indonesia sangat merindukan sosok seorang pemimpin yang profesional mulai dari instansi pemerintah pusat sampai ke instansi pemerintah di daerah – daerah  dan begitu pula dengan perusahaan-perusahaan atau dunia bisnis lainnya sangat membutuhkan seorang pemimpin yang mampu bekerja dengan program kerjanya yang membawa banyak perubahan terhadap perilaku, sikap pegawainya. Seorang pemimpin yang profesional atau berkompeten adalah apabila ia mampu mengevaluasi atau menilai apakah tujuan suatu program tercapai atau tidak, “seperti yang dikemukakan oleh Ralph Winfred Tyler dengan teorinya yang dikenal dengan Goal based evaluation model”.[1]
Namun kenyataan yang terjadi adalah banyak para pemimpin, baik pemimpin-pemimpin di instansi pemerintah maupun swasta yang gagal dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pemimpin. Penyebabnya adalah tidak pernah melaksanakan evaluasi terhadap program kerjanya, kurangnya pengetahuan dalam mengevaluasi program kerja yang dipimpinnya, baik yang sudah berjalan, yang sedang berjalan maupun yang baru mau diprogramkan untuk dilaksanakan di masa mendatang, maupun tidak mengerti dan memahami model-model evaluasi program.
Oleh karena alasan inilah, penulis memberikan judul: “Model Evaluasi CIRO”.
 
B. Identifikasi Masalah

            Adapun identifikasi masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
  1. Pemimpin tidak pernah melaksanakan evaluasi terhadap program kerjanya
  2. Pemimpin kurang pengetahuan dalam mengevaluasi terhadap program kerjanya
  3. Pemimpin tidak mengerti dan memahami model-model evaluasi program
 C. Pembatasan Masalah
            Penulis memberikan batasan masalah dalam makalah ini adalah hanya berfokus pada model evaluasi CIRO bagi para pemimpin organisasi.

D. Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
  1. Sebagai tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan Agama Kristen  untuk program S2 PAK di STTRE Jakarta.
  2. Supaya setiap pemimpin dapat mengerti dan mengetahui model-model evaluasi CIRO
  3. Supaya setiap pemimpin dapat menerapkan model-model evaluasi CIRO dalam kepemimpinannya
BAB II.
MODEL EVALUASI CIRO


A. PENGERTIAN - PENGERTIAN
  1. Model
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, Model diartikan sebagai pola, acuan, ragam atau cara[2].
  1. Evaluasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Evaluasi diartikan sebagai Penilaian; dan dalam kata kerjanya mengevaluasi artinya menilai sesuatu[3]
Dalam buku Evaluasi Program Pendidikan yang dikarang oleh Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, M.Pd menyatakan bahwa Defenisi Evaluasi menurut kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English (AS Hornby, 1986) evaluasi adalah to find out, decide the amount or value yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah.[4]
Ralph W. Tyler mendefinisikan evaluasi sebagai: “ … process of determining to what extent the educational objective are actually being realized” , yang artinya evaluasi merupakan proses menentukan sampai seberapa tinggi tujuan pendidikan sesungguhnya dapat dicapai.[5]
Lebih jauh lagi menurut Cronbach dan Stufflebeam mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses evaluasi yang bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi juga digunakan untuk membuat keputusan.[6]
Jadi, evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan sejauh mana  tujuan yang ingin kita capai untuk mencapai tujuan yang kita harapkan.
  1. Model Evaluasi
Dr. Wirawan, MSL, Sp.A., M.M., M.Si dalam buku Evaluasi mencatat bahwa Dalam ilmu evaluasi ada dua istilah yang mempunyai pengertian sama, yaitu model evaluasi dan dan pendekatan evaluasi.
Daniel L. Stufflebeam dan Antoni J. Shinkfield (2007) dalam buku Evaluasi karangan Dr. Irawan, mendefinisikan model evaluasi program sebagai berikut: “We define a program evaluation model as an evaluation theorist’s idealized conceptualization for conducting program evaluation.” Dan penulis lainya Blaine R. Worthen dan James R. Sanders (1987) menggunakan istilah evaluation approach (pendekatan evaluasi)[7].
Para teoritis evaluasi mengemukakan banyak model evaluasi yang diawali oleh model evaluasi berbasis tujuan yang dikemukakan oleh Bapak Evaluasi yakni Ralph W. Tyler. Kemudian model evaluasi bebas tujuan (goal free evaluation model); model evaluasi formatiff dan sumatif  oleh Michael Scriven (1973), model evaluasi responsive oleh Robert Stake (1973), dan lain-lain[8]
Jadi, model evaluasi dalam ilmu evaluasi bisa juga diartikan sebagai pendekatan evaluasi yang berarti kita menentukan sesuatu model evaluasi program sebagai suatu evaluasi terhadap konsep teori yang dicita-citakan untuk memimpin evaluasi program.

B. PEMBAHASAN TENTANG MODEL EVALUASI CIRO
Dalam buku Evaluasi, karangan  Dr. Wirawan mencatat bahwa Model Evaluasi CIRO ini dikemukakan oleh:  P. Ward, M. Bird, dan N. Rackman  (Jack J. Philips, 1991) sebagai singkatan dari Context evaluation, Input evaluation, Reaction evaluation, dan Outcome evaluation adalah suatu model evaluasi Program HRD.[9]

Wirawan dalam buku Evaluasi teori, model, standar, aplikasi dan profesi menjelaskan keempat model evaluasi CIRO tersebut sebagai berikut :

1.   Evaluasi Konteks (Context evaluation).
Evaluasi konteks meliputi menggunakan informasi mengenai situasi operasi yang sekarang atau konteks untuk menentukan tujuan kebutuhan dari program HRD.
Tiga objek yang mungkin dievaluasi, yaitu:
a.    Objektif akhir (Ultimate objectives): 
Defisiensi khusus dalam organisasi yang akan dihilangkan atau diselesaikan oleh program HRD
b.    Objektif antara (Intermediate objectives):
Perubahan perilaku para pegawai yang diperlukan untuk mencapai objektif akhir
c.    Objektif segera (Immediate objectives):
Ilmu pengetahuan, ketrampilan atau sikap baru yang harus diperoleh para partisipan yang diperlukan untuk mengubah perilaku mereka untuk mencapai tujuan akhir.[10]
Dan hal ini juga senada dengan apa yang dikemukakan oleh Brinkerhoff, bahwa aktifitas HRD dimaksudkan untuk menguntungkan organisasi melalui program HRD, yaitu ketrampilan, pengetahuan dan sikap (Skill, Knowledge, Attitude=SKA)[11].

Jadi, maksud dari Evaluasi konteks ini adalah suatu model evaluasi yang di dalamnya menggunakan berbagai informasi melalui kajian, “observasi (pengamatan)”[12] dan lain-lain untuk mencapai tujuan program HRD, yaitu adanya perubahan perilaku, sikap yang baru dan bertambahnya ketrampilan dan ilmu pengetahuan dari para pegawai atau partisipan.

2. Evaluasi masukan (Input evaluation).
Level evaluasi ini meliputi bagaimana memperoleh dan mempergunakan informasi mengenai kemungkinan sumber-sumber pelatihan untuk memilih antara masukan – masukan alternatif pada Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM), yakni dengan cara:
·         menganalisis sumber yang ada dan menentukan  sumber-sumber tersebut dapat dipergunakan sehingga kesempatan maksimum mencapai tujuan yang ditetapkan seperti faktor anggaran dan persyaratan – persyaratan dapat membatasi opsi yang tersedia.
Pertanyaan-pertanyaan yang relevan adalah:
1.   Apakah nilai-nilai (merits) dari metode PSDM lain?
2. Apakah mungkin bagi organisasi di luar lebih efisien pada penyelenggaraan program?
3. Apakah program harus dikembangkan dengan sumber-sumber internal?
4. Apakah organisasi lini harus terlibat?
5. Berapa banyak waktu yang tersedia?
6. Hasil-hasil apa yang dicapai jika suatu program yang sama dilakukan di masa lalu?
·         Menunjukkan pada proses mengumpulkan bukti-bukti dan memakainya untuk menentukan metode PSDM[13]
Jadi, evaluasi masukan ini sangat diperlukan dalam mengevaluasi program HRD karena kita sebagai manusia perlu untuk menerima atau merespon setiap masukan dari dari berbagai sumber, baik melalui pelatihan maupun bukti-bukti yang lain untuk menentukan metode PSDM.

3.  Evaluasi Reaksi (Reaction Evaluation).

Evaluasi ini meliputi memperoleh dan memakai informasi mengenai reaksi partisipan untuk memperbaiki proses PSDM dan evaluasi ini lebih menekankan pada laporan-laporan subjektif dari para partisipan dan pandangan-pandangan mereka.
Kelebihan dari level evaluasi ini adalah sangat membantu jika dikumpulkan dengan cara yang sistematik[14]
Jadi, jenis dari evaluasi reaksi ini lebih tepat dan cocok untuk langsung mengetahui masalah yang terjadi untuk dievaluasike depan, sejauhmana laporan-laporan subjektif dari para partisipan dan pandangan-pandangan mereka dikumpulkan secara sistematik. Sehingga mudah bagi organisasi untuk menilai atau menentukan hal-hal metode evaluasi yang akan dilakukan

4.   Evaluasi pengaruh (Outcome evaluation)
Evaluasi ini meliputi memperoleh dan mempergunakan informasi mengenai pengaruh atau outcomes PSDM untuk memperbaiki program di masa yang akan datang. Bagian ini adalah bagian terpenting dari evaluasi, karena apabila jika evaluasi keluaran diharapkan sukses, memerlukan persiapan yang hati-hati sebelum program pelatihan dimulai. Berikut empat tahap yang membentuk evaluasi pengaruh,yaitu:
·                     Mendefinisikan trend objektif
·                     Memilih dan mengonstruksi pengukuran dari objektif
·                     Melakukan pengukuran pada waktu yang tepat
·                     Menilai hasil dan memakainya untuk memperbaiki program di kemudian hari
 
Jadi, evaluasi pengaruh ini lebih melihat kepada pengaruh dari program HRD yang sedang berjalan untuk memperbaiki program di masa yang akan datang.

 BAB III. PENUTUP

A. KESIMPULAN
            Penulis memberikan kesimpulan bahwa dalam mengevaluasi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) tidak terlepas dari bagaimana menentukan suatu model evaluasi terhadap program kerja HRD untuk memenuhi kebutuhan organisasi atau dengan kata lain menguntungkan organisasi yaitu mencapai tujuan akhir program HRD sesuai dengan yang diharapkan yaitu adanya suatu perubahan perilaku para pegawai yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan organisasi dan bertambahnya ketrampilan, pengetahuan, dan sikap yang baik dari para pegawai.
Untuk mencapai tujuan program HRD tersebut, diperlukan 4 model evaluasi yaitu: evaluasi konteks, evaluasi masukan, evaluasi reaksi dan evaluasi pengaruh

B. SARAN
            Penulis menyarankan untuk setiap pembaca untuk:
1.            Membaca buku Evaluasi karangan  yang dibuat oleh Dr. Wirawan, MSL, Sp.A., M.M., M.Si karena sangat menambah wawasan kita dalam ilmu evaluasi untuk menilai segala sesuatu yang kita inginkan  dan mengetahui banyak hal tentang model evaluasi yang sesuai dengan yang kita harapkan
2.            Menerapkan model evaluasi CIRO ini dalam organisasi kita masing-masing demi untuk keberhasilan organisasi kita masing-masing
3.            Mengkritik dan memberikan saran bagi penulis untuk perbaikan makalah ini di masa mendatang
  
DAFTAR PUSTAKA

1.    Arikunto, Suharsimi.  Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
2.    Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara:2010.
3.    Poerwardaminta,W.J.S. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,1976.
4.    Wirawan. Evaluasi teori, model standar, Aplikasi, dan Profesi. Kota Depok: Rajawali Pers, 2011.


[1] Dr. Wirawan, Evaluasi teori, model standar, Aplikasi, dan Profesi (Kota Depok: Rajawali Pers, 2011), h. 5.
[2] W.J.S Poerwardaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,1976), h. 772.
[3] Ibid., 326.
[4] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, M.Pd,Evaluasi Program Pendidikan (Jakarta. Bumi Aksara:2010), h. 1.
[5] Dr. Wirawan, op. cit., h. 80.
[6] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 45.
[7] Dr. Wirawan, loc. cit.
 [8] Dr. Wirawan, loc. cit.
[9] Dr. Wirawan, op. cit.,  h. 226.
[10] Dr. Wirawan, loc. cit.
[11]Dr. Wirawan, op. cit. h. 222.
[12] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 45.
[13] Dr. Wirawan, loc. cit.
[14] Dr. Wirawan, loc. cit.
Previous Post
Next Post

About Author

0 komentar: